Hajatan besar Green Force Run 2025 telah sukses terselenggara pekan lalu. Hal itu salah satunya berkat dukungan masyarakat dalam menyambut dan memberikan semangat kepada para pelari di sepanjang rute pada Minggu, 6 Juli 2025.
Wajah-wajah ceria dengan senyum lebar menghiasi pemandangan di garis finis.
Lomba lari GFR 2025 menjadi momen perayaan bersama berbagai pihak. Tidak hanya disambut antusias komunitas pelari, ajang yang digelar di kawasan Tugu Pahlawan, itu juga dirayakan oleh masyarakat Surabaya.
Tahun ini rute GFR 2025 telah terverifikasi PASI yang sesuai dengan standar World Athletics. Hal ini pula yang membuat banyak pelari ketagihan dengan rutenya dan ingin kembali lagi pada tahun depan.
Yap, mengusung semangat untuk lebih memperkenalkan Surabaya, rute GFR 2025 melewati beberapa titik ikonik Kota Surabaya. Bukan hanya melintas di jalan-jalan besar saja.
Baca juga: Peran Pacer di GFR 2025, Penyambung Napas Pelari yang Mulai "Menikmati" Rute
Untuk yang kategori 5K, peserta GFR 2025 diajak melewati Jalan Mliwis. Menariknya di Jalan Mliwis terdapat pabrik sirup pertama di Indonesia, Sirup Siropen. Pabrik ini beroperasi sejak 1923.
Dibangun oleh pria Belanda bernama J.C Van Drongelen, saat itu hasil produksi pabrik sirup Siropen tidak bisa dinikmati kalangan masyarakat.
Itu baru yang 5K, untuk rute 10K juga tak kalah seru. Mereka melewati kawasan Kota Tua yang jarang dieksplore. Melewati penjara Kalisosok, dan kawasan Kalimas. Kawasan perdagangan pada masa kolonial.
Karena alasan rute ini pula membuat beberapa pelari mengaku ingin “naik kelas”. Naik kelas yang dimaksud adalah pada penyelenggaraan yang akan datang ia ingin mencoba kategori di atas pilihannya yang sekarang.
Alvian Aula misalnya. Pelari rekreasional asal Surabaya ini mengaku penasaran dengan rute GFR 2025 kategori 10K.
“Kan aku ikut yang 5K. Itu cuman lewat Jalan Mliwis terus lewat Pabrik Siropen aja. Nah, yang 10K kan lewat penjara Kalisosok terus lewat pinggir Kalimas dan masuk ke gang-gang gitu,” ungkapnya.
Baca juga: Curi Perhatian dengan Lari Half Marathon Sambil Dorong Stroller
Rasa penasaran itu pula yang membuat Alvian berjanji untuk kembali lagi pada GFR 2026,
Potret Alvian Aula ketika berlari di sepanjang rute GFR 2025 (dokumentasi pribadi Alvian Aula)
“Gapapa seperti ini, yang 5K punya signature sendiri dan yang 10K atau HM (Half Marathon) juga punya signature sendiri.Biar pelari-pelari kayak saya itu penasaran terus tahun depannya naik kelas ke kategori atasnya,” terang pria yang baru berusia 27 tahun tersebut.
Ditemui secara terpisah, Andres Riantoni juga mengungkapkan hal yang sama. GFR 2025 menjadi kesempatan keduanya berlari menikmati suasana pagi Surabaya. Berbeda dengan rute tahun lalu membuat Andres terpacu untuk mendaftar Half Marathon pada edisi yang akan datang.
“Kalau tahun lalu kan 10K masih lewat Tunjungan. Tahun ini kan yang lewat sana cuman Half Marathon. Kalau rutenya hampir sama, tahun depan mungkin aku mau coba Half Marathon,” terang Andres.
Baca juga: Apresiasi dan Saran untuk Green Force Run 2025
Andres sendiri sudah beberapa kali mengikuti kegiatan lari yang diadakan panitia GFR sebagai salah satu activity pra-event GFR 2025. Saat itu ia sempat punya gambaran perihal rute GFR 2025.
“Waktu yang ngabuburun GFR kan ngelewatin kawasan Kota Tua. Nah itu sempat ada gambaran sih apa lewat sini ya nanti pas GFR. Ternyata beneran. Yang 10K juga rutenya gak kalah syahdu,” cetusnya.
Suksesnya Green Force Run 2025 buah dari kerja keras berbagai pihak. Hal ini membuat ajang lari terbesar di Surabaya sulit dilupakan oleh pesertanya. Bukan hanya pulang membawa medali saja, melainkan juga dengan cerita dan memori yang mereka dapat di sepanjang rutenya.(*)