Seorang pria menggunakan jersey timnas Indonesia masuk ke Persebaya Store di Jalan Slamet, Minggu 29 Juni 2025. Di punggungnya tertulis Klok. Tentu nama itu merujuk pada Marc Klok, yang memang pernah membela timnas Garuda.
Pria itu melihat-lihat deretan jersey Persebaya. Sesekali jersey yang ada di gantungan rak itu diambilnya. Eits, Marc Klok ternyata tidak sedang menunggu diumumkan sebagai rekrutan baru Persebaya. Atau istilahnya Bonek, "Welcome-welcome". Sebab yang datang ke Persebaya Store itu ternyata Mark Klok asal Sidoarjo bukan dari Belanda, nama aslinya "Marc Klok" itu Choirunoer Julian.
Choirunoer Julian baru saja menyelesaikan lari 5K yang bertajuk Football Jersey Run. Football Jersey Run sendiri merupakan pra event terakhir sebelum digelarnya, Green Force Run (GFR) 2025 pada 6 Juni 2025.
"Pengen ikut keseruannya sekaligus latihan jelang Green Force Run," kata Ian, sapaan akrab Choirunoer Julian, mengawali obrolan bersama penulis.
Begitu panitia mengumumkan dress code Football Jersey Run adalah seragam sepak bola, Ian langsung memilih menggunakan jersey timnas dengan nameset Marc Klok. Ternyata ia punya koleksi beberapa jersey timnas. Mulai dari apparel yang lama hingga yang baru-baru ini.
"Apparel yang baru saya punya dengan nameset Oratmangun (Ragnar Oratmangoen). Jersey timnas yang apparel baru ini kualitasnya kurang menurut saya. Selain cuttingannya seperti yang banyak dikeluhkan orang-orang, bagi saya bagian lehernya juga tidak enak. Kurang nyaman kalau dipakai lari, jadi saya pilih pakai yang lama," jelas pria asal Sidoarjo itu.
Ian mengaku suka mengoleksi jersey. Ia tentu juga punya jersey Persebaya. "Yang paling saya suka itu ketika Persebaya merilis jersey edisi Imlek," katanya.
Hobi mengoleksi jersey itu ternyata dipupuk oleh sang ayah. "Ketularan bapak ngoleksi jersey," kelakarnya.
Ian sendiri sudah mengamankan slot Green Force Run 2025 untuk kategori 5K. "Saya masih mengawali hobi lari. Baru saja lari saat puasaan kemarin (Maret)," terangnya. Meskipun baru mengawali hobi lari, tapi Ian sudah rajin mengikuti event. Dalam kurun tiga bulan ini ia sudah mengikuti dua event lari. Salah satunya tentu Green Force Run 2025.
Selain Choirunoer Julian, ada banyak pelari yang menjadikan Football Jersey Run sebagai pemanasan menuju GFR. Termasuk juga keluarga pasangan Heri-Widya. Pasutri (pasangan suami istri) itu kemarin mengajak tiga anaknya ikut Football Jersey Run. Kebetulan Widya dan putra sulungnya, Nawfal Daffa akan turun di 5K Green Force Run 2025.
"Kami ingin anak-anak ini mulai membiasakan olahraga sejak muda. Sebab bagi kami olahraga itu seperti iman. Kadang naik, kadang turun. Harus terus dipupuk terus agar terbiasa. Apalagi anak-anak sekarang ini kan mageran," kata Heri.
Selain "Marc Klok", di Football Jersey Run juga hadir pemain impor "Diego De Ascentis". Ya, ada salah satu peserta Football Jersey Run yang memilih menggunakan jersey AC Milan bernomor punggung 99 dengan nama Diego. Itu adalah jersey AC Milan keluaran 1999-2000.
Football Jersey Run memang terlihat semarak dengan kehadiran para peserta yang menggunakan jersey favoritnya. Selain jersey timnas Indonesia dan AC Milan, ada juga yang memakai jersey timnas Argentina, Perancis, serta sejumlah klub Eropa. Tenang, fans MU juga ada yang ikutan hadir dengan jersey kebanggaannya. Ada juga yang terlihat menggunakan jersey klub Indonesia, Persiku Kudus. Tentu tak sedikit pula yang menggunakan jersey Persebaya.
Green Force Run 2025 memang hadir bukan sekadar mengajak pesertanya berolahraga. Namun event ini juga mengajak peserta mengenal Surabaya lebih dekat.
Bagi orang luar, Surabaya selama ini terkenalnya sebagai Kota Pahlawan. Padahal, ada nilai-nilai positif lain yang selama ini berkembang sejak lama di Surabaya dan itu menjadi ciri khas kota ini, yakni semangat multikultural.
Ya, Surabaya sejak dulu memang menjadi hub berbagai suku bangsa di Indonesia. Berbagai budaya, suku, agama, bahasa, dan adat istiadat ada di Surabaya. Mereka hidup rukun berdampingan di Surabaya.
Merekalah yang membuat kota ini kemudian dijuluki Kota Pahlawan. Lah, kok bisa? Coba dengarkan lagi pekik pidato Bung Tomo ketika mengajak warga Surabaya bergerak bersama melawan kedatangan Sekutu, yang berujung pada tewasnya Jenderal Mallaby.
Dalam pidato itu, Bung Tomo tak hanya memanggil Arek-Arek Suroboyo untuk melawan penjajah. Bung Tomo juga mengajak kumpulan Pemuda Maluku, Sulawesi, Sumatera, Bali hingga Aceh yang tinggal di Surabaya untuk bersama-sama mengusir penjajah.
Nah, semangat multikultural itu juga terjadi di olahraga. Bonek -pendukung tim kebanggaan Surabaya, Persebaya- selama ini dikenal sangat terbuka pada suporter-suporter sepak bola lain di Indonesia. Buktinya, mereka seringkali mau berbagi tribun di Gelora Bung Tomo ketika Persebaya menggelar laga home.
Bukan hanya berbagi tribun, tapi persahabatan juga dijalin Bonek dengan saling menjemput dan mengawal hingga para suporter tamu itu kembali ke kotanya. Rasanya cerita itu tak perlu dituliskan detail di sini, sebab dokumentasi kebaikan itu begitu banyak tersebar di media sosial.
Semangat multikultural itulah yang kemudian dibawa ke Green Force Run 2025. Tahun ini GFR akan membawa para pesertanya untuk berlari melewati jejak-jejak multikultural itu. Peserta akan melewati kawasan Pecinan, kampung Arab, kampung masyarakat Madura, juga kawasan Kota Tua yang kental dengan nuansa kolonial.
GFR juga mengajak para suporter sepak bola dari seluruh Indonesia, tentu yang hobi lari, untuk bersama-sama merayakan semangat multikultural ini di Surabaya. Tentu, sekaligus merayakan ulang tahun ke-98 Persebaya, yang jatuh 18 Juni lalu. Dan juga merayakan ulang tahun ke-732 Kota Surabaya yang berlangsung 31 Mei.(*)